Evaluasi merupakan salah satu kegiatan dalam pembelajaran. Umumnya
evaluasi digunakan untuk mengetahui perkembangan peserta didik terhadap
penguasaan materi yang telah diselenggarakan sebelumnya. Dari hasil
evaluasi dapat digunakan oleh para guru dalam menentukan pembelajaran
berikutnya, apakah diperlukan remidi keseluruhan materi atau sebagian
yang perlu diulang. Atau dapat juga diberikan materi pengayaan yang
membutuhkan persyaratan ketuntasan materi sesuai dengan batas kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Terlepas dari berbagai penilaian yang
tercantum dalam KKM, dari semua itu evaluasi dapat juga digunakan
sebagai tolok ukur dalam keberhasilan pembentukan karakter peserta didik
pada mata pelajaran yang bersangkutan maupun secara keseluruhan.
Bagi sebagian peserta didik bisa jadi evaluasi merupakan momok yang
begitu menakutkan sehingga banyak ditemui berbagai bentuk kecurangan
sebagai akibat dari ketidak percayaan terhadap potensi diri sendiri.
Kecenderungan tindakan mereka biasanya diakibatkan dari kurangnya
kepedulian terhadap masa depan mereka sendiri, kurang disadarinya dampak
dan akibat dari perilaku tersebut. Ketidakpercayaan diri atau pun
penolakan ke arah kemandirian sebetulnya akan berdampak sangat yang
kurang mereka sadari. Mereka akan terbiasa bergantung kepada objek lain
sehingga jika hal itu dibiasakan akan menjadikan pribadi yang manja
terhadap permasalahan yang akan mereka hadapi nantinya.
Pelaksanaan evaluasi yang diwarnai berbagai bentuk kecurangan termasuk
dalam pelaksanaan ujian nasional (UN) pun dianggap biasa. Hal ini
menjadikan kekhawatiran di kalangan para guru maupun para pengamat dan
masyarakat peduli pendidikan karena dampaknya akan sangat luar biasa di
kemudian hari. Pribadi manja dan malas yang terbentuk dari rasa takut
akan kegagalan tidak disikapi dengan upaya positif dengan menggali
potensi diri namun justru malah memanjakan diri dengan perbuatan yang
tidak terpuji yang cenderung hanya bergantung pada potensi orang lain,
rasa tidak bersyukur yang akhirnya menjauhkan sifat-sifat kemanusiaan
mereka pada akhirnya. Untuk mengatasi hal itu pula kebanyakan guru
memperketat pengawasan selama pelaksanaan evaluasi tiap mata uji bagi
para peserta didik.
Berkaca dari permasalahan di atas dalam pelaksanaan ulangan kenaikan
kelas (UKK) disepakati dalam diskusi antara kepala sekolah (MKKS) SMA
Kabupaten Pati dan para pengurus MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
tiap mata pelajaran tingkat SMA di Kabupaten Pati yang dilaksanakan pada
hari Rabu, 24 April 2013 bertempat di SMA PGRI 1 Pati disepakati
bahwasanya pelaksanaan UKK akan dibuat menyerupai UN. Soal dibuat dalam
bentuk paket A dan paket B yang dilaksanakan untuk pelaksanaan pada
tanggal 3 sampai 11 Juni 2013, sedangkan untuk peserta didik yang tidak
dapat mengikuti UKK pada tanggal tersebut dapat mengikuti ujian susulan
yang jadwalnya disesuaikan pada masing-masing sekolah dan guru mata
pelajaran setempat dengan menggunakan paket soal cadangan. Dengan model
semacam itu diharapkan meminimalkan kecurangan pada pelaksanaan UKK
sehingga mendidik mereka agar dapat lebih mandiri.
Warga SMA N 1 Batangan dalam menghadapi UKK yang dapat diasumsikan
sebagai simulasi UN pada tahun-tahun mendatang diharapkan dapat lebih
mempersiapkan diri. Perlu diingat bahwasanya pendidikan bertujuan utama
membentuk manusia seutuhnya, yaitu manusia yang benar-benar mengerti
sifat kemanusiaannya yang berdaya guna dari ilmu pengetahuan yang
melekat pada pola pikir mereka dengan berlandaskan iman dan takwa kepada
Sang Pencipta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar